Rabu, 13 Juli 2011

Burung Kakak Tua

Burung Kakak Tua
Ada sebuah kerajaan bernama Usinara,rajanya bernama Sri Adi Pati. Kerajaan beliau aman , tak ada musuh yang berani mengusiknya. Hal ini diakibatkan oleh kesaktian dan kepandaian beliau dalam memegang pemerintahan. Luas daerah kekuasaan beliau amat luas. Di empat sisi kerajaan beliau djaga ketat oleh prajurit yang dipimpin oleh seorang mentri.Para mentri itu sudah diberi surat lepercayaan untuk menjaga kedatangan musuh dari luar.Adapun isi surat tersebut adalah bahwa sang mentri berempat tidak diperkenankan menghadap ke puri. Ia harus tetap diam menjaga keutuhan/keamanan negara.
Mungkin sudah takdir raja Sri Adi Pati berpulang. Beliau digantikan oleh putranya yang bernama Sri Gajah Druma .Belaiu mempunyai empat punggawa yang masih muda-muda yang haus dengan kedudukan yang tinggi,walaupun kemampuannya belum cukup. Ke empat punggawanya itu amat disayangi oleh Sri Gajah Druma,apa permintaannya dikabulkan oleh sang raja.Pada suatu ketika keempat punggawa itu memohon pada raja untuk menggantikan empat mentri wreda yang sudah dari dulu membantu pemerintahan sang raja. Permohonan keempat punggawa itu dikabulkan oleh sang raja. Keempat punggawa itu pergi menghadap paramentri Wreda serta menyampaikan perintah raja untuk menhadap ke Istana. Keempat mentri Wreda itu tidak mau menghadap keistana,karena mereka tidak berani melanggar janji yang telah ditetapkan oleh raja Sri Adi Pati yang telah meninggal dunia.
Mendengar hal itu Raja Gajah Druma amat marah,lalu mengutus kembali keempat punggawa dengan disertai surat perintah sang raja. Masing-masing punggawa itu telah mengahadap pada masing mentri dengan menyerahkan surat perintah raja. Setelah para mentri membaca isi surat printah itu,mereka berempat mempunyai tekad yang bulat untuk tetap setia mengikuti sumpah yang pernah diucapkan pada sang Raja yang telah meninggal. Para mentri berkata,” Tuanku, sampaikan pada sang raja,saya tidak akan menghadp sang raja,karena saya tidak berani melanggar sumpah yang telah kami ucapkan pada sang raja yang telah meninggal. Dulu Raja dewata memerintahkan saya, tidak boleh meninggalgalkan tempat ini,demi menjaga keutuhan kerajaan.ini. Bukannya kami mnentang preintah beliau tapi karena kami harus menjaga perintah ayah beliau yang memberi kami surat perintah waktu lalu, yang melarang kami menghadap keistana.Untuk membuktikan kesetian kami pada raja Sri Gajah Druma,tolong samapikan surat ini pada belaiu beserta kepala kami” Demikian pesan Mantri Wreda lalu pergi mensucikan diri serta mengadakan semadi,mohon diberi jalan kebenaran. Setlah itu Mentri Wreda Memotong lehernya seraya diserahkan pada para punggawa itu.Para punggawa segera kembali dengan membawa surat dan kepala mentri wreda.Hatinya suka karena akan segera bisa menjadi mentri..
Keempat punggawa itu datang bersamaan dihadapan sang raja seraya menghaturkan surat dan kepala mentri wreda kepada raja Sri Gajah Druma, beserta harta benda kekayaan para mentri,seraya isti dan anak-anak mentri yang telah meninggal. Raja Gajah Druma amat sedih melihat hal itu,apalagi setelah membaca surat wasiat ayahanda sang prabu Sri Adi Pati yang baru saja disampaikan oleh para punggawa beliau.Raja Gajah Druma amal menyesal, karena mengabulkan permintaan para punggawa muda yang serakah itu.Beliau merasakan bagaimana setia para mentri wreda melaksanakan tugas yang telah ditetapkan oleh leluhur beliau. Tapi apa hendak dikata nasi sudah jadi bubur.
Setelah beberapa bulan raja Sri Gajah Druma menjalankan pemerintahan dibantu oleh para mentri muda, kerajaan belaiu didatangi musuh dari luar. Para mentri muda kerajaan tidak bisa menahan serangan musuh tersebut. Para prajurit semua berlarian menyembunyikan diri,untuk menghindari serangan musuh. Banyak yang menemui ajalnya,sisanya masuk kedalam hutan .Demikian juga Sri Gajah Druma turut masuk kedalam hutan,meninggalkan kerajaan. Tibalah beliau dalam hutan yang lebat, penuh dengan semak belukar menumbuhi jurng dan lereng gunung. Raja Gajah Druma merasa kepayahan lalu duduk di bawah pohon yang rindang. Beliau melepaskan lelah dengan menyandarkan dirinya di batang pohon Waktu itu tampak olehnya seekor burung kakak tua kepunyaan seorang pemburu.Burung kakak tua itu bersuara tidak henti hentinya. ” Buru ,kejar terus! Ini ia sembunyi disini. Cepat tangkap,bunuh.” Raja gajah Druma maupun pengikutnya amat takut mendengar suara burung kakak tua yang kasar itu. RajaDruma segera lari menuju hutan yang lain,jurang kali yang membahayakan banyak dilalui.Sampailah ia di sebuah asrama lalu beliau berhenti. Baru saja beliau akan duduk,dilihatnya burung kakak tua bergantung diserambi asrama.Raja Gajah Druma tengkejut,lalu melangkah keluar.Burung kaka tua itu cepat berkata,”Tuanku Raja,tunggulah sebentar! Sang Pendeta yang empunya asrama ini masih sedang ada di dalam. Silahkan tunggu, Tuanku jangan mersa cemas. Beliau sudah mau datang menjemput tuan,dengan menghaturkan sajian.
Tak lama datanglah para pertapa membawa tempat air suci pembasuh kaki ,beserta buah-buahan sebagai serana penyambutn sang raja. Raja Gajah Druma amat senang hatinya menerima suguhan para pertapa itu seraya menceritakan kedatangan beliau ke asrama ,karena kerajaan beliau dikalahkan musuh. Raja Gajah Druma juga menanyakan perihal burung kakak tua yang ditemui dalam hutan berbeda dengan burung kakak tua yang dipelihara di pasraman. Burung kakak tua berkata manis,” Tuanku dengarkanlah dengan baik.Burung yang tuanku temui dalam hutan tadi,berbeda dengan diri hamba yang dipelihara oleh sang pendeta suci.Tiap hari hamba mendengarkan weda sruti,tutur utama yang selalu dipelajari.tapi burung kakak tua yang ada dalam hutan kepunyaan pemburu,ia selalu mendengarkan kata-kata yang keras dan kasar,itulah yang mempengaruhi dirinya.Ia akan selalu mniru apa yang didengarnya dan dilihatnya.
Demikian juga tuanku raja yang percaya pada katakata empat punggawa yang serakah,yang hanya menginginkan kedudukan yang tinggi dengan tidak melihat kemampuannya untuk menata keutuhan negara. Demikian juga tidak tahu membedakan perbuatan/tindakan masyarakat yang baik atau buruk. Beginilah hasilnya seperti apa yang tuan rasakan sekarang. Tak ada guna kekayaan dan keindahan istana tuan. Demikian juaga peri laku sang prabu singa,yang selalu ikut dengan sang Nandaka,ikut makan rumput,Tapi kamu jangan sedih. Sekarang saya akan mencari daya upaya,supaya ia berdua berpisah berteman. Demikianlah cerita Sang Sambada pada para anjing…(bersambung“ANGSA DENGAN EMPAS”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar