Rabu, 13 Juli 2011

Bhagawan Dharma Swami

BAGAWAN DHARMA SWAMI
Adalah seorang pendeta yang amat miskin, bernama Bagawan Dharma Swami. Beliau amat setia melaksanakan tapa semadi dan tiap hari melaksanakan pemujaan pada Hyang Surya. Melihat kesetiaan beliau melaksanakan tapa semadi serta pemujaan pada Hyang Widhi,maka beliau di anugrahi seekor lembu jantan kuat.Bulunya hitam berkilauan. Lembu/sapi itu diberi nama sang Nandaka. Sang pendeta amat suka memelihara sapi itu. Tiap hari beliau mengembalakan sapi itu dalam hutan yang penuh dengan daun dan rerumputan yang hijau. Sapi beliau cepat besar dan gemuk,karena tak kurang makanan..Sudah sore sapi itu dibawa ke pasraman. Demikianlah yang dikerjakan oleh sang pendeta tiap harinya.
Kira-kira sudah setengah bulan beliau memelihara sapi itu, namun belum juga mendatangkan hasil. Beliau lalu ingat akan guru beliau yang dianugrahi seekor sapi putih,yang bernama Nandini.
Sapi itu tiap hari bisa menghasilkan susu yang bisa menghidupi gurunya.Sekarang kita diberikan sapi laki,yang tak mungkin bisa menghasilkan susu.Apa yang bisa kita lakukan agar sapi ini bisa memberi manfaat bagi hidup kita. Kalau kita pakai untuk membajak sawah, kita tidak punya tanah sedikitpun. Demikianlah gejolak pikiran sang pendeta..Beliau lalu bermaksud menjadi pedagang kayu api.
Dengan semangat yang besar beliau tiap hari masuk dalam hutan mencari ranting dan cabang kayu yang kering. Sudah berhasil lalu ditaruh diatas punggung sang Nandaka lalu dijual ke pasar. Demikianlah kerja sang pendeta tiap hari. Hasil penjualan kayu api itu dibelikan beras dan lauk pauk. Sisa uangnya disimpan dalam tabungan.Lama-kelamaan tabungan beliau di belikan sapi ,maupun gerobak untuk tempat kayu api yang akan dijial kepasar.Atas kerja keras dan keutamaan sang Nandaka tidak begitu lama sapi beliau sudah menjadi ratusan jumlahnya.Pembantu beliau juga semakin banyak.Emas berlian semakin banyak.Sang pendeta menjadi kaya tak kurang suatu apa.
Pada suatu hari sang pendeta bersama pengiringnya sudah siap membawa dagangan kekota.Ratusan sapi gerobak penuh dengan barang dagangan.Sapi sudah siap berjajar menarik gerobak dagangan,tak luput sang Nandaka yang berada paling belakang.dengan muatan yang paling banyak pula. Sapi-sapi menarik grobak mulai bergerak menuju kota.Perjalan tak pernah berhenti walaupun di tengah hari.Sinar matahari amat tersa menyengat.Pengiring dan sapi berkeringat membasahi tubuhnya. Sudah jauh berjalan dan hari sudah sore,perjalanan sedang dalam hutan rimba yang mengerikan. Hutan itu terkenal bernama hutan Malawa,disana terkenal banyak perampok dan binatang buas yang menakutkan. Matahari semakin condong kebarat. Pendeta Dharma Swami lalu memerintahkan pengiringnya mencari tempat yang aman untuk tempat bermalam. Sang pendeta berjalan menunggang kuda modar-mandir memeriksa pengikut beserta gerobak yang ditarik oleh sapi. Setelah sang pendeta mendapat tempat yang aman untuk bermalam semua pengikut dan barang dagangannya ditempatkan di tengah dan dikelilingi dengan renjau. Semua sapi telah dilepas dari tali gerobak serta diberi makan,namun gerobak yang ditarik oleh sang Nandaka belum juga datang.
Sudah lama menunggu sang Nandaka juga belum datang.Sang pendeta semakin gusar hatinya,Lalu beliau kembali menelusuri jalan yang dilalui tadinya untuk mencari Sang Nandaka. Sang Nandaka yang menarik gerobak yang penuh berisi barang dagangan,erasa kepanasan,seraya berkata dalam hatinya,:Dari dulu semenjak beliau masih miskin tak punya apa-apa kita sudah menarik barang dagangan untuk dijual ke kota,sampai beliau kaya tak kurang suatu apa kita masih juga disuruh menarik gerobak. Malahan bebannya melebihi dari beban yang dibebani pada sapi yang lainnya.
Sama sekali beliau tidak mempunyai rasa berterima kasih apalagi kasihan pada kita.Kekayaan beliau yang berlimpah seperti sekarang juga karena kita. Emas ,perak ,uang serta sapi yang ratusan banyaknya juga dari kita,tapi beliau tetap menyakiti diriku sampai kurus seperti sekarang. Tidak pantas beliau bernama Dharma Swami ,tingkah lakunya amat loba dan tamak,lupa akan bantuan orang lain. Dilihatnya Begawan Dharma Swami datang menunggangi kuda,sang Nandaka segera merebahkan dirinya seperti lumpuh. Badannya gemetar,keringatnya mengucur membasahi badannya. Matanya memblalak,napasnya sesak,kakinya dinaikanya. Sang pendeta segera turun dari kudanya lalu mendekati sang nandaka. Beliau terkejut melihat keadaan sang Nandaka sambil menyuruh pengikutnya melepaskan talinya.
Sudah itu pengikutnya menyiram sang Nandaka dengan air, tapi sang nandaka masih seperti pingsan. Sang pendeta segra mengucapkan weda mantra untuk mengembalikan sang Nandaka sepwerti semula, tapi tidak mempan. Sang Nandaka masih juga tampaknya seperti pingsan. Sang Pendeta bersedih serta menangis seraya berkata,: ” Hai kamu sang Nandaka rela sekali kamu meninggalkan aku mati. Kalau kamu mati disini siapa yang aku suruh menyembelihmu, karena disini alas besar, tak ada tukang potong sapi yang lalu kemari.. Kasihan sekali dagingmu terbuang tak berguna,tak ada yang membelinya. Hai kamu Kembar dan Wijil kamu menunggu disini.Kalau ia bisa idup kembali,bawa ia ketempat penginapan dan muati ia barang dagangan semampunya, kalau ia mati bangkainya kamu bakar saja. Kalau ada orang yang lalu kemari dagingnya kamu jual saja,kalau ia tidak mau membeli silahkan beri minta dengan cuma-cuma.
Sang Pendeta segra naik kuda dan pergi menuju tempat penginapan. Kembar dan Wijil ,menyesalkan perbuatan sang pendeta yang tamak dan loba,serta tidak mempunyai rasa berterimakasih apalagi kasihan terhadap Sang Nandaka yang telah banyak berkorban untuk kesejahtraan sang pendeta.I Kembar berkata,:Bagaimana akal kita sekarang,sebab disini hutan yang besar dan berbahaya.Kita berdua akan menemui bahaya. Sekarang mari kita ikuti perjalanan sang pendeta ke tempat penginapan .”Ah jangan kita sudah berjanji menunggu sang nandaka disini. Sekarang mari kita carikan kayu api kumpulkan dari tempat sang Nandaka sampai jarak yang agak jauh. Dari situ kita bakar kayu api itu,sebab tidak boleh membakar orang yang masih hidup karena akan membawa bencana besar. Kita perkirakan api itu sampai ditempat ini, sang Nandaka sudah mati. Keduanya sudah setuju, lalu mereka mengumpulkan kayu api ,serta membakar ujung timbunan kayu yang jauh dari tempatnya Sang Nandaka.
Habis membakar kayu itu kedua pengikut sang pendeta berlari menuju tempat penginapan dan menyampaikan pada sang pendeta bahwa Sang Nandaka telah mati serta telah dibakar. Setelah Kembar dan Wijil pergi ke penginapan ,Sang Nandaka sewgera bangun dan pergi .Ia dalam keadaan sehat takkurang suatu apa.Sang Nandaka mencari makanan yang banyak ada disekitarnya. Setiap hari ia menikmati hijaunya rerumputan ,maupun suburnya dedaunan,sehingga tak berselang lama badannya kembali sebagai sedia kala. Perutnya besar,badannya kokoh ,bulunya hitam mengkilat,tanduknya runcing menakutkan.
Dalam hutan Malawa itu ada raja hutan bernama Sang Singa ,Ia sangat ditakuti oleh binatang lainnya.Sang Singa mempunyai beberapa punggawa dan mantri,dan prajurit yang andal. Semua mantra ,punggawa maupun prajuritnya adalah para anjing ,yang semuanya sangat setia pada sang raja.
Pada suatu hari para Sang Singa sedang mengadakan pertemuan dengan para pengikutnya dibawah pohon jati yang dedaunannya sedang rimbun,didepan goa besar Tampak hadir waktu itu Sambada,yang jongkok paling depan, disertai temannya para anjing. Semua bersuka ria,ada yang bercanda ada yang saling cakar.Suaranya memecah kesunyian hutan.Sang Singa amat suka melihatnya,lalu menyuruh pergi berburu mencari mangsanya.Para anjing tidak ada yang berani menolak ,semua berangkat masuk kedalam hutan,gunung,ada juga yang masuk kedalam jurang. Setelah lama berburu,mereka tidak ada menemui buruan. Para anjing amat sedih,karena sudah lama berburu namun tak mendapat buruan,Keringatnya mengucur membasahi sekujur tubuhnya, Sengatan panas matahari menambah kepayahan,jalannya terseok-seok kelaparan, Semua prajurit anjing itu berhenti dibawah pohon tangi untuk melepas lelah. Ada yang jongkok ada yang merebahkan badannya sambil omong-omong. Waktu itu ada yang mengatakan ,lebih baik kita pulang untuk menyampaikan pada raja,bahwa kita tak dapat buruan walaupun sudah susah payah mencarinya. Yang lain menjawab,” Ini ada tutur dalam purana yang pernah saya dengar. Kewajiban seorang abdi pada sang raja,harusnya tidak merasakan pahit getirnya bahaya. Seorang abdi tidak boleh merasa takut,harus patuh menjalankan tugas,walaupn akan kehilangan nyawa,harus dihadapi. Karena itulah yang dipakai untuk membayar kasih sayang sang raja. Nah kalau menurut pikiranku lebih baik kita kembali lagi berburu,semoga sekarang ada nasib baik mendapat buruan.Semua prajurit aning itu berangkat kembali mencari buruan. Para anjing menyebar kesegala penjuru.
Pada waktu itu ada prajurit anjing yang menemukan sang Nandaka. Para prajurit anjing itu tercengang melihat Sang Nandaka. “Ah apa itu ,coba kamu lihat binatang yang amat besar! Dari dulu aku tidak pernah menjumpai binatang seperti ini besarnya. Sekarang marilah kita bersama serang,tapi kita harus hati-hati. Para prajurit anjing serempak mendekat disertai suara menggonggong bak membelah langit. Prajurit anjing iu segera mengitari tempat sang Nandaka yang sedang tidur-tiduran diatas rumput yang menghijau, sambil mengunyah dedaunan .Hatinya amat suka melihat tumbuhan yang subur diantara ilalang yang memenuhi tebing-tebing bebukitan. Sedang asik ia menikmati makanan dan keindahan alam ,terdengar olehnya raungan angjing yang semakin lama semakin dekat.
Sang Nandaka bergegas bangun sambil melihat kanan kiri.Tampak olehnya prajurit anjing datang mendekat padanya . Para prajurit anjing itu amat senang hatinya melihat buruannya gemuk dan besar.”Nah ini buruan yang baik untuk dijadikan mangsa sang raja, mari kita rebut bersama,jangan takut ” demikian ucapan salah satu anjing sambil segera mendekat. Anjing yang lain berkata,”Nanti dulu,sebab baru kali ini kita menemui binatang seperti ini.Mari kita pikirkan lebih dahulu supaya tindakan kita bisa mencelakakan kita. Lebih baik kita sampaikan hal ini pada raja” “Ah jangan ,kita berbanyak ,kita serang bersama,jelas ia akan kalah”. Semua prajurit anjing bersorak mendekat, ada yang dari belakang ada juga dari depan.
Sang Nandaka bersiap untuk melawan,ia amat marah, matanya memblalak merah,tanduknya yang tajam diacung-acungkannya. Sang nandaka menandukkan tanduknya pada bebukitan,yang mengakibatkan bebatuan beterbangan . Banyak prahurit anjing itu yang terkena batu dan tandukan sang Nandaka .Ada yang patah kakinya adanya mati adayang perutnya terurai keluar. Darahnya berceceran meenuhi rerumputan yang hijau.Anjing yang luka berlarian menjauh dari amukan sang Nandaka. Anjing yang lain amat takut tak ada yang berani mendekat,semua lari bersembunyi, Pemimpin prajurit anjing yang bernama I Nohan Dan Itatit segera berkata,” Hai kamu prajurit .Mengapa kamu takut kepada binatang yang memang menjadi makananmu?.Kamu datang kemari adalah utusan sang prabu untuk mencari buruan.Sepatutnya kamu merasa malu,karena kamu dari dulu disayangi dan dikasihi oleh sang raja.Kamu tak usah takut mati untuk membalas jasa sang raja.Sebab nantinya kamu akan memproleh kesejahtraan lahir batin karena kamu melaksanakan dharmamu sebagai prajurit,Mendengar kata kata pimpinannya demikian para anjing kembali menyerang Sang Nandaka.Ada yang menggigit kaki,ada yang menggigit ekor,tapi sang Nandaka tidak khawatir.Ia menerjang dengan tanduknya ,menyebabkan para anjing itu terpelanting jatuh . Ada yang terjatuh kejurang,ada yang patah kaki maupun pinggangnya.
Banyak yang mati disepak maupun diinjak-injak.Para anjing itu berlarian menyembunyikan diri.Si Nohan dan Tatit tak bisa berbuat apa-apa melihat prajuritnya berlarian .Para prajurit anjing itu memutuskan kembali menghadap sang raja Setelah sampai dihadapan sang Singa semua gemetar ketakutan seraya berkata,”Ya raja kami semua mohon maaf karena kami tak berhasil melaksanakan tugas yang tuanku limpahkan.Semua prajurit takut gemetaran, malah banyak yang mati maupun yang luka-luka.Baru kali ini kami melihat binatang yang besar dan bagus.Bulunya hitam mengkilat, tanduknya tajam menyilaukan, suaranya besar bagaikan meruntuhkan gunung.Benar-benar amat menakutkan sekali ,namun mengenai namanya kami tidak tahu.” Mendengar perkataan prajuritnya gemetaran,sang raja tercengang terdiam .Sang Sambada pemuka para anjing yang turut mendengarkan segera berkata,” Hai kamu para anjing yang dari dulu menjadi andalan sang raja.
Aku heran mengapa kamu takut hanya baru mendengar suara yang besar. Belum tentu orang yang bersuara besar mempunyai kesaktian dan kekuatan yang hebat.Itu hanya suatu siasat untuk menakut-nakuti musuh saja. Dengarkan baik-baik ,aku mau menceritakan sesuatu yang bersuara besar tidak mempunyai kekuatan sebagaimana yang kamu takuti. Adalah seorang raja di Kusambinegara,yang bernama Sri Wisnu Gupta. Kerajaan beliau didatangi musuh dari empat arah. Peperangan terjadi amat hebat.Satu sama lainnya saling serang. Banyak prajurit yang mati,ada yang luka parah ada juga yang patah tulang kena tombak. Karena kesaktian sang raja Sri Wisnu Gupta, semua musuh kalah,tak seorang berani melawan.
Prajurit Kusambi bersorak kegirangan.suanya gemuruh, dibarengi oleh suara gambelan yang riuh,bagaikan akan mebelah bumi. Setelah pertempuran aku pergi ketengah medan pertempuran. Disana aku lihat banyak mayat bergelimpangan. Kucuran darah mengalir. Aku meminum darah sesuka hati. Tapi ada sesuatu yang menjadi tujuanku belum aku dapati,yakni yang mengeluarkan suara besar dalam pertempuran.Aku pergi kesana-kemari untuk mencarinya. Akhirnya aku bisa mendapatkannya, yaitu benda yang besar yang dibuang oleh prajurit yang berperang. Aku segera menggit, mengoyak-oyak sampai robek. Aku keheranan karena didalamnya hanya lubang besar lagi kosong melongpong tak ada isinya. Aku kira benda itu mempunyai daging banyak dan darah yang melimpah, tapi baru ku perhatikan hanya sebuah kendang yang melompong. Oleh karena itu jangan kamu takut akan suara yang besar. Contohnya seperti apa yang aku ceritakan tadi. Kalau orang yang pemberani dan mersa diri perkasa tidak akan mersa takut menghadapi musuh apalagi cuma baru mendengar suara yang besar.
Begitu kata sang Sembada menasehati prajuritnya. Para prajurit anjing hatinya senang mendengar nasehat sang Sambada.Timbulah keberaniannya untuk menantang musuhnya kembali. Sang prabu Singa melihat prajuritnya yang datang menghadap banyak yang luka berceceran darah. Timbul dalam pikiran beliau,dari dulu tak ada musuh yang sehebat ini,yang bisa mengalahkan prajuritku.,seraya berkata,” Sekarang aku akan menghadapinya. Bagaimana rupa dan kesaktiannya”. Sang Singa segera berangkat, bersama pengikutnya. Prajurit anjing melolong menyusup dalam hutan, Suaranya tak putus-putus menggonggong.
Gunung tersa terbelah, hutan hancur karena terjangan sang singa yang diliputi amarah. Binatang-binatang berlarian menyembunyikan diri. Sang Nandaka sudah habis membersihkan diri dalam kolam yang airnya suci ening, Banyak bunga berwarna-warni, menarik minat para kumbang untuk mengisap madunya. Tampak sang Nandaka menikmati keindahan hutan,yang penuh dengan bermacam panorama Di bawah pohon beringin yang rindang sang Nandaka berbaring berteduh,sambil mengunyah rumput yang hijau. Mendengar suara anjing yang gemuruh Sang Nandaka bngun dari tempat pembaringan lalu menoleh kanan kiri. Tampak para prajurit anjing datang. Sang Nandaka segera mencari tempat perbukitan.Tanduknya yang tajam diasahnya pada bebatuan,matanya memblalak merah,seperti keluar api yang akan membakar hutan. Para prajurit anjing merasa ketakutan, semua mencari tempat berlindung dari serangan sang Nandaka.Tak seekorpun yang berani mendekat, semuasaling menoleh temannya.Semua berdiam tak ada yang bergerak maju,menunggu kedatangan sang Singa.
Raja hutan pun datang,jalannya lambat,karena terkejutmelihat binatang yang besar berkulit hitam mengkilat,Hatinya juga merasa ketakutan,lalu berdiam di kejauhan seraya bertanya,” hai kamu binatang yang besar,baru kali ini aku melihat binatang sepertimu? Tidak ada seekor binatang yang berani masuk kedalam hutan yang berbahaya ini. Banyak jurang yang dalam,gua yang lebar dan membahayakan.Aku adalah penguasa hutan ini, namaku raja Singa. Siapakah nama tuan,dan dari mana? Sang Nandaka berkata,”Tuan raja hutan , Saya bernama Sang Nandaka.Saya dijadikan anak oleh sang Aruna dan Sang Surabi.
Kedatangan saya kemari adalah untuk menikmatai keindahan dan mencari makanan .” Sang Singa berkata dengan lemah lembut, “Hai Tuan kalau demikian, tuan adalah putra para dewata yang utama. Tuan adalah merupakan tunggangan dewa utama yakni Bhatara Guru. Kalau demikian saya mohon dengan hormat ,kiranya tuan bisa menjadi teman karib ku. Janganlah tuan cepat-cepat pergi dari sini. Silahkan tuan menikmati makanan yang tuan inginkan.Saya bermaksud belajar dari tuan,semoga tuan bisa menerma saya,sebagai murid tuan. Muah-mudahan dari tuntunan tuan saya bisa mencapai kebahagian lahir batin.
Sang Nandaka menjawab,” Saya kira itu amat sulit bisa terjadi,karena tuan adalah seorang raja yang berkuasa, penuh dengan kekayaan. Demikian juga tuan makan daging,namun hamba makan rumput serta hamba binatang yang hina miskin tak mempunyai kekayaan. Tapi kalau tuan kepingin berteman pada hamba, maafkan arta, kama, tak bisa hamba persembahkan. Barangkali yang dapat hamba persembahkan adalah dharma, isi dari ajaran suci, kalau hal itu yang tuanku hedaki dengan senang hati hamba akan coba sampaikan. Semoga isi kitab sastra agama yang menjadi pegangan para pandeta bisa membawa umatnya untuk mencapai kesejahtraan dunia dan akhirat nanti.Hamba kira tuan sebagai seorang raja mengutamakan kesenangan indria,penuh dengan harta yang bergelimpangan, serta kepurusan, kegagah beranian, tak tertandingi oleh sesama,dan menguasai pengetahuan,demikian juga kerupawanan.Hal inilah yang biasanya menimbulkan rasa,loba,murka, mabuk diri. Tuanku sang raja hutan, kekayaan, kerupawnan, tidak akan dibawa mati.Tingkah laku yang baik atau buruklah yang akan menuntun kita keduni sana. Itulah sebabnya orang yang bijak dharmal selalu diperbuatnya.Menghindari pergaulan dengan orang jahat,karena orang demikian selalu berbuat tidak benar,selalu berbuat dirsila,menyakiti dunia ini,dan pembunuhan,menghina sang pandita.”
Amat senang hati sang Singa mendengar nasehat sang Nandaka,seperti air suci yang menghanyutkan kotoran yang ada dalam pikirannya seraya berkata merendah, “Ya tuanku Sang Nandaka ,seperti pohon yang kekeringan mendapat hujan hati saya mendengar perkataan tuan. Saya harap tuan bisa melanjutkan tuntunan anda terhadap diri hamba yang nista ini.
Kalau anda pikirkan semua kata anda adalah baik,karena keluar dari mulut orang suci seperti anda.yang penuh dengan ajaran dharma. Itu sebabnya hamba harap anda bisa melebur dosa-dosa hamba yang telah namba perbuat, melepas hamba dari neraka. Hamba menyerahkan diri sebagai siswa,untuk selalu diberi tuntunan suci dari guru. Dari sekarang hamba tidak lagi memakan daging,membunuh sesama mahluk, dan akan belajar makan rumput.”
Sang Nandaka berkata,” Kalau tuan memang mempunyai pikiran yang menjauhkan diri dari perbuatan jahat,dan berusaha berbuat sesuai dengan ajaran dharma, mempelajari isi sastra suci, hamba akan menuruti permintaan tuanku. Sang Singa amat senang hatinya sebab telah diakui sebagai teman baik oleh sang Nandaka.Keduanya tiap hari selalu melaksanakan tapa brata semadi, mempelajari isi kitab sastra agama, makan rumput ,alang-alang.Tidak masih melakukan pembunuhan atau makan daging. Para anjing bersedih karena sang Singa sudah berubah perangainya,selalu bersama sang Nandaka makan rumput maupun dedaunan.Anjin-anjing tidak bisa makan rumput mengikuti tuannya. Oleh karena itu para anjing mengadakan pertemuan dibawah pohon yang dipimpin oleh sang Sambada. Sang Tatit mengatakan pada sang Sambada,bahwa anjing-anjing tidak mampu makan dedaunan, hingga sudah banyak anjing yang kelaparan. Badannya sudah mulai kurus, tidak tahan menanggung kelaparan. Sambada lalu berkata,” Haikamu Tatit dan anjing sekalian, perbuatan raja Singa tak beda dengan crita burung atat/ kakak tua yang selalu turut dengan yang menemaninya. Sekarang saya akan ceritakan padamu, dengarkanlah baik-baik…(bersambung “Burung Kakak Tua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar